Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2016

Terimakasih Malam

Bismillah Apa kabar malam? Tak bosankah kau dengan kesendirian ku? Ah.. Lugu sekali Tentu ini adalah kesendirian yang memuliakan Lebih banyak waktu ku untukNya Lebih banyak pagiku untuk memuji kekuasaanNya Malam,duduklah kau disini Terjemahkan sepiku kemudian sampaikan pada bulan Di bumi aku punya banyak kawan Aku tak pernah benar-benar sendirian Oh malam, Tak pernahkah kau cemburu pada senja? Setiap hari kanvas langit selalu merona karnanya Suasananya selalu anggun mempesona Awan-awan laksana lampu pijar berwarna jingga Langit senja yang menjelma surga Tetapi,walau warna mu tak seindah senja Walau yang ku temui dari mu hanya gelap pekat Aku selalu belajar dari mu Bahwa hidup tak selalu terang Tak selalu warna-warni Kita butuh gelap untuk meniti kesalahan Terimakasih malam

Sudut Cahaya

Bismillah . Aku masih melingkar lingkar dalam takdir Mencari-cari satu titik yang kan ku temui kau di sana Aku menggamit lentera Namun hujan malah memadamkan cahayanya Aku lari kesana kemari Lebam Pekat Hatiku bagai abu yang bertebaran Kemana lagi harus ku cari Ke balik bukit atau ke kedalaman samudera? Mataku terpejam Badanku terkulai Imajiku mati Terkapar dalam alam bawah sadar Hingga setitik cahaya hadir Menyapaku Menerangiku Menerangi kita

Kakakmu

Bismillah Aku menyebutnya telepati Sebuah proyektor yang menyanggah nurani Membuat dikte itu semakin mudah untuk ditiru Apa ini sekedar kiasan? Tentu aku mengartikannya sebagai lentera jiwa Mungkin mudah saja ku panggil mereka adik Tapi tidak Aku ingin merengkuhnya sebagai sahabat sejati Semua sudah berlalu Sudah setahun terkekang memori Berkutat dengan lilin-lilin kehidupan Bahkan aku tak memahami,mengapa lilin tak menerangi? Yang benar tak ada bedanya dengan yang kelihatan benar Lihatlah sahabatku Usiamu lebih muda dariku Jangan tumbuh dengan visi kolot yang pernah mengikis 17 tahun ku Milikilah visi yang berapi unggun Besar,dan membawa pengaruh kebaikan disekitarmu Jangan ber api kecil seperti aku dulu

Love You Cause Allah

“pergi saja ! jangan pernah kembali lagi!” Langsung saja suaranya membuat jantungku seakan berhenti berdetak. Senyap,seperti mati. Lututku lemas dan mataku terperangah memandang ke arah wanita berusia separuh abad yang berdiri dihadapanku. “oh ibu,maaf kan aku” tangisku meledak seketika “apa yang ada dalam pikiranmu ?! sudah ibu katakan jangan pernah berteman dengan laki-laki seperti dia! Masih saja kau mendekati laki-laki keturunan preman itu.” “ istighfar ibu,walaupun ayahnya preman tapi dia tidak begitu. Bahkan isma mengenal dia pada perkumpulan pemuda masjid bu. Dia laki-laki yang soleh” “halah ! dari mana kau bisa menjamin bahwa dia adalah laki-laki yang soleh? Bapaknya saja menodong orang terus di pasar,ibu bilang tidak ya tidak! Atau silahkan kau pergi dari rumah,ibu tidak sudi memiliki anak gadis liar yang tidak tau batasan dengan laki-laki” tanpa menoleh lagi kearahku,ibu langsung masuk ke kamar dan membanting pintu sekeras-kerasnya. Aku masih tersungkur diruang tamu