Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2016

Fenomena Pendidikan Anak Usia Dini di Rumah vs di Sekolah

Pendidikan sejak dini bukan lagi tugas guru Tk,guru bimba dan guru TPA. Ini serius, beberapa kali ku temui beberapa orang tua murid yang mencurahkan keluh kesah tentang kemampuan sang anak. ironisnya kebanyakan orang tua murid menyudutkan si pendidik bahwa tak becus mendidik anak. tulisan ini ku persembahkan untuk ayah bunda yang tengah memiliki anak usia 1-7 tahun. Sebagai seorang guru bimba di salah satu yayasan pendidikan baca,tulis,hitung di kawasan jakarta,aku banyak menemukan fenomena mencengangkan khususnya dalam dunia pendidikan anak usia dini. ada banyak hal yang perlu di perhatikan ketika kita ingin mencemplungkan anak kita ke dalam arus pendidikan di luar. aku ingin merangkum sedikit berdasarkan pengalamanku mengajar. Anak-anak adalah peniru yang ulung. Hal tersebut sudah tak bisa lagi di pungkiri mengingat daya tangkap sang anak yang masih menerima rangsangan apapun yang ia lihat,dengar atau rasakan. dan fungsi orang tualah yang paling dominan untuk menjadi filtrasi ap

Melewatkanmu

Aku merindukanmu sangat setiap kali aku memandang langit lekat-lekat aku merasa seperti purnama yang menanti telaga bagaimana aku enyah sementara di pangkuanmu aku bersandar aku telah berusaha membungkam cahaya namun selalu  berhenti di batas senyumanmu mungkin hanya sebait sajak berduri ini yang ingin ku sampaikan berharap bisa melihatmu lagi di masa depan

Tentang Penantian

Dalam sebuah penantian pernahkah rindumu bertemankan sabar? ikhlas menikam sepi sendirian bertafakur menguji senyap di sepertiga malam pernahkah ? ada langkah yang derapnya terapit sandiwara pura-pura bahagia dalam pengawasan semesta mendekap airmata dalam masygul kehidupan membasuh hati sendirian sampai tiba waktunya ia datang

PERAMU IMPIAN

Tas selempang yang di beli bapak di pasar eceran langsung ku pakai dengan bahagia ke sekolah. yup.hari ini adalah hari pertamaku duduk di kelas tiga SD. malam hari nya aku berbincang hangat sama ibu tentang cita-cita. "bu,kalau sudah besar aku mau jadi arsitek" kata ku lugu. ibu tak menyahut banyak,ia hanya menimpali pertanyaan-pertanyaan tentang ambisiku "emang kalau arsitek kerjanya apa?" kata ibu dengan sedikit meledek "arsitek itu kerjanya cuma gambar-gambar bu,bikin rumah terus gajinya gede" "iya betul kalau jadi arsitek kerjanya bikin-bikin gedung tinggi terus gede juga gajinya" bapak menimpali. ibu tak banyak merespon perbincangan kita,tapi aku tahu apa yang di pikirkan ibu. ---- pelajaran favorit ku adalah ilmu pengetahuan alam. dan itulah pelajaran pertama yang aku jumpai di hari pertama ku di kelas 3. aku hampir tidak boleh duduk di bagian paling depan. karena postur tubuhku yang menjulang tinggi melebihi postur tubu

DONGENG vs SIRAH

Suatu hari saat jam pelajaran hampir usai,seorang anak mengambil mainan ke dalam tas nya. "Wah unicornnya bagus. Tapi lebih bagus lagi kalau di simpan dulu sampai pulang ya nak" kata ku pada gadis lucu yang tengah asyik memainkan unicornya tersebut. Mataku beralih pada anak yang sedang sibuk menggoreskan krayonnya ke atas kertas bergambar animasi favoritnya. "Wih serius banget mewarnainya. Mewarnai apa sih?" " ini loh bu,namanya putri salju. Cantik kan bu? Aku suka putri salju soalnya cantik kayak aku" Aku pun tersenyum kemudian mencubit pipi gadis cilik menggemaskan itu. Ku lihat jam dinding sudah hampir menunjukkan waktunya pulanb,hingga seorang anak laki-laki membuatku terpekur cukup lama. Anak itu tengah membaca buku cerita bergambar,tapi bukan itu yang membuatku nyaris terharu. Ku baca judul yang tertera di sampul depan bukunya. Di sana tertera kisah seorang nabi. Anak berumur lima tahun yang mengagumkan. Aku ingin iseng bertanya,tapi k