CARAKU MENEMUKAN DIRIMU



“Ada ribuan nyawa yang harus kau selamatkan. Pergilah, kita ini belum menikah, tidak ada ikatan yang bisa mencegahmu untuk pergi. Pergilah, aku akan menunggumu kembali. Pernikahan kita masih bisa di tunda. Kalau memang jodoh, kita pasti akan bertemu kembali” Begitulah yang ku katakan saat melepasnya pergi untuk melaksanakan tugas negara. Dan pada hari itu juga, aku baru menyadari, bahwa kita akan terpisah jauh, jauh sekali hingga ribuan kilometer.
Aku tidak pernah mengirimkan surat untuknya. Tidak, tidak akan ku lakukan. Aku tidak ingin menambah beban pikirannya. Dia sedang bertempur menyelamatkan nyawa banyak orang. Aku harus bersabar.
“Mau sampai kapan kau menunggu pemuda itu datang, Sari? Kau ini ada-ada saja, tak bosan-bosan menjahit gaun pengantinmu sendiri, iya kalau dia datang, kalau tidak? kau  mau jadi perawan tua?” Mamak selalu begitu tiap kali melihatku sedang asyik menjahit gaun pengantin untuk pernikahanku nanti dengan Bang Akmal. Aku hanya tersenyum, dan selalu percaya dia akan kembali.
Tahun berganti tahun. Bulan berganti bulan. Aku selalu menatap ke jalan,membayangkan tubuh gagahnya melangkah dan mengetuk pintu rumahku. Tapi itu hanya bayangan, ia tak kunjung datang.
Setiap malam tanpa absen seharipun aku terus pelan-pelan menjahit gaun pengantin itu. Gaun yang ku jahit dengan tetesan-tetesan kerinduan. Gaun yang ku rajut dengan benang-benang kesetiaan. Percayalah, aku akan tetap menunggu, tak peduli kau datang atau tidak. Dan aku percaya, kau akan tetap datang tak peduli aku masih disini atau tidak.
Semua baik-baik saja sampai akhirnya aku menginjak usia 30 tahun. Tetangga-tetangga mulai mencibirku. Menyebutku perawan tua, karena hanya aku yang belum menikah. Aku tidak peduli. Kalau pun aku menikah sekarang, aku tetap tidak akan tenang.Bang Akmal berbeda dengan laki-laki di daerahku. Laki-laki yang hanya datang dengan harapan hidup lebih baik,iming-iming ketampanan, uang, derajat, tapi setelah menikah? ia hanya memperlakukan kami, wanita, sebagai mesin pencetak kesenangan belaka. Aku tidak pilih-pilih,tapi aku berhati-hati. Karena pernikahan, adalah jawaban dari pertanyaan yang harus di jawab seumur hidup. Kalau jawabanya salah, maka aku akan tersiksa seumur hidup.
Keadaan makin parah saat akhirnya Mamak mendesakku segera menikah dengan duda kampung sebelah, karena usiaku yang mulai beranjak 35 tahun. Aku sakit sekali, apalah salahnya setia? Aku hanya ingin menikah dengan Bang Akmal. Aku masih sanggup setia.
Dan saat itulah, saat gaun pengantin yang selama ini menemaniku tertikam rindu, menemaniku bersenggama dengan sepi, saat aku memutuskan untuk membungkusnya, tidak ingin ku lihat lagi dan menuruti kemauan Mamak, laki-laki itu datang. Wajahnya yang bahkan masih sangat jelas dalam ingatanku, berdiri sambil tersenyum di ambang pintu. Wajah yang selama ini ku pinta pada Ilahi untuk di pertemukan. Bang Akmal telah kembali.
“Kau kembali. Aku tahu kau akan kembali” Aku menangis sejadi-jadinya, segera memeluk Mamak yang terharu melihat Bang Akmal akhirnya kembali.
Esok harinya, tanpa menunggu lagi,pernikahan sederhana itupun diadakan. Bang Akmal dengan kemeja birunya, dan aku dengan gaun pengantin yang ku buat sendiri. Begitulah caraku menemukan cinta sejatiku. 

Post by : @niningnurhayati_

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEKOTAK KENANGAN | Cahaya Aksara

Melewatkanmu

Sudut Cahaya