KEAJAIBAN SURAT AL-KAHFI
Aku mungkin satu dari sekian banyak remaja yang penasaran “Kenapa
harus membaca surat Al-kahfi pada malam
jumat/hari jumat?”
Suatu ketika, saat aku melihat acara ceramah ustd Yusuf
Mansur di televisi, aku tertarik menonton karena melihat tema yang tertera di
layar kaca. Isi ceramah ust Yusuf Mansur adalah mengenai keutamaan surat
Al-Kahfi. Aku yang sering melihat “Bacalah surat Al-kahfi” di setiap postingan
di media sosial antusias ingin tahu, apa istimewanya surat ini?
Di dalam ceramahnya, Ust Yusuf Mansur membacakan penggalan
hadist mengenai keutamaan surat Al-Kahfi. Begini bunyinya:
“Barang siapa yang
membaca surat Al-Kahfi pada hari jumat, dia akan di sinari cahaya diantara dua
Jumat.” (HR. An-Nasa’i dan Baihaqi. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadist
ini shohih sebagaimana dalam Shohihul Jami’ no. 6470)
Kemudian ust Yusuf Mansur kembali menekankan pada kata “Di
sinari cahaya diantara dua jumat” beliau lanjut menjelaskan dengan gaya bahasa
betawinya “Kalau mau di sinari cahaya Allah, dunia dan akhirat ya baca
Al-kahfi” kurang lebih beliau bilang begitu. Nah, inilah yang menarik. Aku
mulai penasaran, bagaimana rasanya di sinari cahaya Allah di dunia? Toh, pada
saat membaca Al-kahfi aku merasa sama saja. tidak ada yang bersinar (ini
benar-benar statement ngawur). Tapi demi melampiaskan rasa ingin tahu itu, aku
melakukan uji coba. Membuat perbandingan, bagaimana rasanya seminggu bersama
Al-kahfi dengan seminggu tanpa Al-kahfi. Tentunya di barengi doa kepada Allah,
agar di beri petunjuk.
Maka uji coba itu pun langsung aku lakukan. Pada hari jumat
minggu pertama aku membaca surat Al-kahfi. Hari pertama setelah membaca surat
Al-kahfi, tidak ada yang aneh. Semua berjalan seperti biasa. Aku tidak
menemukan hal yang spesial. Hanya melakukan rutinitas setiap hari yang biasa
aku lakukan. Hari kedua, ketiga, keempat, kelima hingga kembali lagi pada hari
kamis. Malam jumatnya aku memutuskan tidak membaca Al-kahfi, pada hari jumatnya
pun sama. Hanya membaca tilawah harian. Tidak membaca Al-kahfi.
Hari pertama setelah hari jumat, aku merasa baik-baik saja.
Sama seperti minggu-minggu sebelumnya. Memasuki hari kedua aku tetap sama.
Tidak ada yang berubah. Hingga Allah pun menunjukkan kekuasaanya. Di hari kedua
setelah tidak membaca Al-kahfi, aku mengalami futur (fase keimanan yang
menurun). Pekerjaan terasa lebih berat hingga membuatku terjerumus dalam
hal-hal yang tidak bermanfaat. Hari-hariku hanya di habiskan di depan gadget.
Tidak ada yang mengasyikan. Bahkan aku sampai meninggalkan tilawah harian.
Malas membaca buku dsb. Tapi aku masih belum menyadari bahwa itu boleh jadi
merupakan petunjuk Allah. Minggu ketiga
setelah melakukan ujicoba tidak membaca Al-kahfi, aku tetap tidak membaca.
Menjadi malas total. Aku memasuki masa-masa krisis iman. Saat itulah aku
teringat sebuah kalimat indah, bahwa jika anak adam bangun tidur dan yang ada
dalam pikirannya hanya dunia tidak ada hak-hak Allah maka ia akan di limpahkan
kebingungan, keresahan dsb. Aku mulai memuhasabahi seluruh kejadian. Aku
sekarang paham, aku telah sombong karena telah ragu akan surat Al-kahfi. Tapi
di lain sisi aku bersyukur Allah telah menegurku dengan cara yang indah.
Benarlah hadist tersebut,bahwa siapapun yang membaca surat Al-kahfi akan di
sinari cahaya Allah diantara dua jumat. Ini kisah nyata, tidak di buat-buat.
Percayalah, cahaya Allah hanya menerpa hati yang bersih. Boleh jadi, ketika
kita enggan membaca ayat-ayatNya, maka Allah pun enggan menyinari hati kita.
Wallahu’alam
Komentar
Posting Komentar